“Ceprut…prut…prut.” Suara semprotan air dari Paman membuatku geli. Aku membayangkan muka pasien Pamanku, pasti lucu sekali. Ah, Paman… Aku sedikit meyayangkan perbuatan Paman tersebut. Bagaimana bisa, Pamanku yang dulunya lulusan pondok pesantren salafiyah dan seorang guru ngaji yang disegani di desaku tiba-tiba berubah profesi, masih mending kalau menjadi guru agama di madrasah atau guru apa sajalah, yang penting ilmunya tidak berhenti tetapi bercabang karena diamalkan. Lha ini pamanku kok bisa-bisanya menjadi dukun susuk. Apa tidak mengherankan?