Cerita Hujan 1 : Bertemu dan Menikah adalah Pilihan
Assalamualaikum.
Di tengah bridezilla syndrome ini, saya mencoba menulis untuk memulihkan jiwa (karena sampai saat ini saya masih percaya, menulis itu proses pemulihan jiwa).
Saya akan memuali cerita hujan ini dengan pertemuan saya yang sesungguhnya bukan bertemu karena sebelumnya belum bertemu. Saya kenal Mas N sejak kecil. Dia tetangga saya, hanya beda RT. Kami jarang berinteraksi sebelumnya. Waktu kecil dia ikut belajar mengaji di rumah saya, tapi saya malah belajar mengaji di tempat lain. Saat usia sekolah, dia sekolah di sekolah dekat rumah, tapi saya sekolah di pesantren. Saat dia mulai bekerja, saya malah sekolah di luar kota.
Sampai akhirnya saya kembali ke rumah setelah lulus. Saat itu saya bertemu dengan Mas N, dan masih biasa. Hingga suatu saat entah apa yang membuat kami menjadi tidak biasa.
Sejak awal, Mas N bukan tipe orang yang sembrono. Dia serius dengan segala yang dikatakannya. Itu yang saya suka. Dia sopan. Dia bisa ngemong. Dia insya Allah orang yang sholeh. Dia dekat dengan banyak orang. Dan dia lumayan menyenangkan.
Dua bulan kami dekat, dia sudah datang kepada orang tua saya.
Berbagai kegalauan mulai kami rasakan, dari beberapa yang tidak menyukai jika kami bersama, sampai masalah-masalah kecil yang malah membuat kami mudah sekali bertengkar.
*Repost from mbarokahrizki.tumblr.com